TUGAS
KARANGAN SILSILA
KEHIDUPAN FRABDOSME
SIAPA KAMU ?
Saya bernama
Frans Belarmino Dos Santos Menezes dengan bertempat tanggal lahir di Dili,
tanggal 7 bulan November 1984. Saya adalah anak kedua dari empat bersaudara,
dimana kakak sulung saya perempuan yang bernama nama Abrilaya Maria Dos Santos Menezes(almarhuma),
dan biliau pada waktu itu bekerja di universitas Nasional Timor Leste(UNTL) sebagai staff di
bagian pengadaan proyek (aprozonamentu)
dan adik pertama saya bernama filomena Dos Santos Menezes (almarhumah)
meninggal pada waktu ibunda melahirkan atau bersalin, sedangkan adik bungsu
dari kami empat (4) bersaudara adalah perempuan yang bernama Maria do carmo los
Dos Santos Menezes yang berprofesi sebagai dosen per Time pada salah satu institut pendidikan swasta dan menjalankan
amanah perkoperasian simpan/pinjam dengan nama kooperasi kredit ba Grasa saat
ini. Kami empat (4) bersaudara dilahirkan dan dibesarkan oleh Ibunda yang
bernama nama Izadora da Costa Gracia de jejus dan ayahanda Celestino Dos Santos
Menezes, yang mana keduanya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sejak
mereka masih remaja.
Dengan bermodal
sebagai pegawai negeri sipil pada masa kedudukan pemerintah negara kesatuan
republik Indonesia (NKRI) di negeri matahari terbit ini membuat keduanya
bertekad untuk menyekolahkan kami bertiga ke jenjang pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi, demi menjalankan amanah dari tuhan untuk bertangung jawab
terhadap anak-ananya dalam meraih harapan bagi masa depan kami anak-anak di
kemudian hari. Semasa kecil saya bersama dengan saudari-saudari ku dibesarkan,
dijaga dan disekolahkan pada pendidikan Sekolah Dasar Negeri II Seloi Malere bersamaan
di sekolah dasar tersebut, dan di Sekolah Dasar Negeri II Seloi Malere tersebut
saya mulai belajar untuk mengetahui dan mengenal baik itu angka-angka maupun
huruf abjad dalam merangkai kalimat.
Pada tahu 1991
sampai dengan tahun 1996 itulah, tahu di mana saya berpijak pada pendidikan Sekolah
Dasar Negeri II Seloi Malere kecamatan Aileu kota, kabupaten Aileu, hingga
tamat. Banyak cerita kenangan masa kecil semasa duduk di bangku sekolah dasar di
kabupaten yang dijuluki Rai Mean atau
tanah merah yakni kabupaten Aileu yang disingkat dengan :
A : Aman
I : Indah
L : Lestari
E : Elok
U : Ulet
Dari kota (Rai Mean) tanah merah tersebut saya
memulai mengetahui dan mengenal angka dan huruf di mana saya merasakan
kebahagiaan dapat berkumpul bersama dengan kedua orang tua dan kedua sanak
saudari saya selama 6 tahun menempuh sekolah dasar mulai dari masuk sekolah
kelas I hingga kelas VI. Di tahun yang ke-6 tepatnya pada tahun 1996 saya
mendengar hasil kelulusan sekolah dasar, dan hal tersebut membuat kedua orang
tua saya semangat untuk memotivasi saya kependidikan sekolah lanjutan tingkat
pertama atau SLTP di luar provinsi Timor-Timur nama julukan pada masa kedudukan
negara Republik Indonesia di Timor-Leste saat itu.
Pada bulan Juli
tahun 1996 kedua orang tua dan sanak saudari saya mengantarkan saya keluar dari
provinsi termuda Indonesia yakni Timor-Timur ke pulau Jawa Timur dengan
menggunakan transportasi laut yaitu kapal dobongsolo, dengan durasi tempuh
selama 3 hari 2 malam berlabuh di atas air laut untuk dapat sampai pada
provinsi Jawa timur kota Surabaya, dan tetap melanjutkan perjalanan 8 jam untuk
mencapai pada tujuan pembelajaran saya yang dikehendaki oleh kedua orang tua ke
jenjang pendidikan SMPN 11 (sekolah menengah pertama Negeri 11 Malang yang beralamat di Piranha Atas dan tempatnya
di kecamatan belimbing Malang, Jawa timur.
Di sekolah SMP
11 Piranha Atas tersebut saya menuntut ilmu pada tahun dan pada tahun 1997
setelah genap 1 tahun saya bersekolah di pulau Jawa di mana tahun tersebut
menjadi tahu yang menyedihkan bagi seluruh warga masyarakat khususnya bangsa
Indonesia dimana Negara tersebut mengalami krisis moneter yang berkepanjangan
yang membuat banyak bank swasta, perusahaan baik yang masuk dalam BUMN (Badan
Usaha Memiliki Negara) harus mengurangi tenaga kerja dari setiap perusahaan
tersebut dengan arti (PHK) Pemutusan Hubungan Kerja. Krisis ekonomi moneter
tersebut juga dialami oleh para pelajar dan mahasiswa Timor-Timuryang sedang
menuntun ilmu di pulau Jawa dan Bali dan itupun termasuk yang saya rasakan pada
saat itu.
Pada tahun 1997
saya sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru saya dan teman
pergaulan yang baru pula. Di tahu itu pula saya mengalami suka dan duka yang
banyak menitipkan pesan di mana saya harus berupaya sendirian tanpa didampingi
oleh kedua orang tua saya yang di mana mereka harus bertanggung jawab terhadap
anaknya sendiri dalam memberi nafkah dengan mengirimi uang untuk kebutuhan
primer dan sekunder saya. Dimana hal tersebut membuat saya berupaya untuk
mendapatkan sesuap nasi dengan berjualan koran dan majalah Gatra di pinggir
jalanan dan berkeliling ke pemukiman perumahan elit yang sudah menjadi
pelanggan tetap majalah dan surat kabar yang saya ya jual tersebut. dengan
demikian saya berjanji kepada diri saya sendiri, bawa saya harus tetap kuat dan
tabah menjalani semuanya sendiri tanpa didampingi oleh kedua orang tua saya, dan
semuan itu ujian buat saya serta mengajarkan saya untuk lebih berkreatif dan
berusaha sekuat tenaga dalam mengejar mimpi saya di bangku pendidikan
selanjutnya selama tiga setengah tahun saya bertahan hingga berakhir pada tahun
1999.
Pada tahun 1999
merupakan tahu kebahagiaan buat saya, dimana saya dapat meraih mimpi saya
dengan mendengar hasil kelulusan pada bangku SLTP dan berkeinginan untuk
melanjutkan pendidikan saya ke bangku pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas).
Namun keadaan berkata lain, di mana gerakan masyarakat Timor-Leste pada umumnya
untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga kedua
orang tua saya berkeinginan untuk memulangkan saya ke provinsi Timor-Timur pada
waktu itu dengan alasan bahwa tanah kelahiran saya dalam keadaan genting. Di
mana situasi di provinsi termuda ke 27 NKRI tersebut terjadi banyak tindak
kekerasan, aniaya, pembunuhan hingga tindak pemerkosaan semakin tinggi dan
membuat banyak warga masyarakat Timor-Timur merasa tidak ada keharmonisan antar
sesama warga Timor-Timur maupun warga luar provinsi Timor-Timur. Hal itu
membuat kedua orang tua saya menginginkan saya segera pulang ke tanah kelahiran
saya yakni Timor-Timur.
Tepatnya pada
bulan Agustus tahu 1999 saya mengemas barang-barang saya untuk kembali ke
provinsi Timor-Timur dengan menggunakan transportasi laut sebagai fasilitas
perlintasan namun keadaan berkata lain sesuai dengan kondisi yang ada dan
dialami oleh masyarakat Timor-Timur pada waktu itu. Setelah saya sampai di
tanah kelahiran, saya baru tahu jelas betapa tekanan yang dialami oleh warga
masyarakat Timor-Timur termasuk keluarga saya sendiri, di mana semua sistem baik pemerintahan hingga
swasta dikuasai dan dikendalikan oleh pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Setelah ampai di rumah berkumpul bersama kedua orang tua dan kedua sanak
saudari dan saya merasa betapa bahagia riang hati saya di mana tiga setengah
tahun saya tidak merasakan berkumpul dengan keluarga.
Namun kebagian
tersebut hanya bertahan selama tiga setengah Minggu di mana pada tanggal 30 Agustus
1999 Timor Leste yang pada waktu itu menjadi bagian dari negara republik
Indonesia mempunyai satu tujuan dan satu harapan untuk meraih kemerdekaan
melalui pemilihan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan didampingi oleh
perserikatan bangsa-bangsa dengan menjalankan dua opsi yang ditawarkan oleh
pemerintahan Indonesia yang pada waktu itu pemerintahan Indonesia dipimpin oleh
presiden BJ Habibie. Kedua opsi tersebut menjadi suatu pengharapan dan
pengindentifikasian terhadap masyarakat Timor-Leste yang mau mempertahankan
kedudukan negara Republik Indonesia di Timor-Timur dengan sebutan mendukun
adanya otonomi luas dan opsi berikutnya adalah menolak bergabung dengan negara Republik
Indonesia dengan sebutan ukun Rasik An atau memilih merdeka
sendiri dan kedua opsi tersebut dengan kalimat yang ngetren pada waktu itu
dengan sebutan pro otonomi dan pro kemerdekaan.
Setelah melalui
proses pemilihan terhadap kedua opsi tersebut membuat warga Timor-Timur pada
waktu itu menjadi adu domba dari pihak-pihak yang berkepentingan khususnya
aparat TNI dengan cara cara atau strategi militer dengan merekrut masyarakat Timor-Timur
dengan imbalan upah atau gaji kepada para pengikut pro otonomi yang disebut
milisi yang dibekali dengan berbagai perlengkapan perang seperti senjata, amunisi
dan lebih sadisnya lagi para milisi atau pengikut pro otonomi tersebut diberi
obat pil anjing gila agar mereka tidak menyadari terhadap perbuatan dan tingkah
laku mereka untuk membabi-buta saudara-saudaranya sendiri demi sesuap nasi dan
kekuasaan diri sendiri sebagai sang penguasa.
hasil dari
pemilihan tersebut diumumkan pada tanggal l 4 September oleh PBB ternyata
mayoritas masyarakat Timor-Timur memilih untuk merdeka. Hari ini membuat
keadaan di provinsi termudah Indonesia tersebut menjadi bumi hangus yang
dilakukan oleh para oknum-oknum TNI/POLRI maupun milisi pendukung otonomi di Provinsi
ke-27 dari wilayah kesatuan Indonesia. Dan tepatnya Provinsi ke-27 diselimuti
oleh awang-awang hitam dan kobaran api dan bara api sehingga membuat warga masyarakat
provinsi Timor-Timur bereksodus besar-besaran dengan menggunakan berbagai
transportasi baik itu udara laut maupun darat untuk dapat menyelamatkan diri dari
tindakan babi buta aparat TNI/POLRI DAN Milisi.
Kebanyakkan
masyarakat bereksodus dengan dua tujuan yaitu ke hutan atau ke propinsi
Indonesia bagian timur dan hal tersebut buat masyarakat yang tidak mau eksodus ke wilayah Indonesia harus berjalan ke hutan
dengan menempuh ratusan kilo untuk bertedu dan bersembunyi dan sebagiannya
warga menggunakan transportasi darat untuk dapat menyeberang ke wilayah
Indonesia bagian timur khususnya Nusa Tenggara Timur sebagai tujuan
persinggahan sementara. Hal tersebut yang menjadi suatu duka yang mendalam yang
saya alami di mana saya harus berpisah dengan kedua orang tua saya serta kedua
saudari saya, di mana mereka semua menyeberang dahulu untuk keselamatan diri di
kabupaten kota Atambua sementara waktu dan saya sama keluarga besar yang lain
harus menyelamatkan diri ke hutan belantara sementara waktu untuk menunggu
kedatangan pasukan perdamaian bangsa-bangsa (PBB) di Negara kami.
Namun di satu
segi, duka yang saya alami datang bertubi-tubi di mana dimana saya harus
berhenti sejenak untuk mengejar mimpi saya melanjutkan pendidikan ke bangku SMA
karena tidak ada lagi harapan dan tumpuan yang dapat saya dapat berteduh untuk bisa
men-support saya melanjutkan ke pendidikan SMA di tengah tengah gejolak yang
datang. Saya dengan nekad untuk melintas ke wilayah Belu indonesia untuk
menyusul ikut kedua orang tua saya dan pada waktu itu pemerintahan Indonesia memfasilitasi
warga Timor-Timur untuk berkunjung ke wilayah Indonesia dengan membawa surat
izin penyeberangan lintas batas.
Saya pun
memanfaatkan momen tersebut untuk ketemu dengan keluarga saya dan setelah
sampai di sana kedua orang tua saya menayakan pada saya, kamu tinggal sudah
untuk dapat melanjutkan pendidikan kamu, dengan kalimat bahwa “Negara sudah
dibentuk namun masih dibutuhkan sumberdaya manusia dalam mengurus semua
aktifitasnya kenegaraan danmasyarakat mengiginkan orang pintar, gigih, dan
jujur” saya pun meniakan, dan betul ingin sekolah dan dapat mengejar mimpi saya
pun menyetujui untuk tinggal di Indonesia demi pendidikan buat masa depan saya
sendiri.
Sesudah di kota
Atambua Nusa Tenggara Timur, saya pun diantar dan didaftarkan di STM Sekolah
Teknik Mekanik di menikmati dengan mengambil jurusan teknik pembangunan. dan
itu pun hanya bertahan 1 caturwulan dan saya dipindahkan lagi untuk melanjut
pendidikan saya di sekolah SMA Surya Atambua itupun hanya di kelas 2 pertenggahan
naik ke kelas 3 saya dipindahkan lagi untuk melanjutkan pendidikan di SMA Swasta
Bina Karya berhubung kenakalan masa remaja saya membuat saya sekolah harus
berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Namun Tuhan berkata lain
dengan kenakalan dan kebrutalan saya Tuhan selalu ada untuk mendampingi saya
hingga mengarahkan saya lewat menghadiri berbagai KKR-KKR yang dilakukan oleh
gereja pollycarpus di kota Atambua hal itu yang menyadari saya untuk dapat
berubah semua karakter yang ada pada diri saya, menjadi siswa yang taat dan
patuh terhadap perintah dan norma yang berlaku di
sekolah dan hal itu membuat saya dapat bertahan dan dapat menyelesaikan pula
pendidikan SMA di bangku sekolah pada tahun 2000.
Pada tahun itu pula kedua orang tua saya tetap
men-support saya untuk tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi yaitu universitas. Walaupun keadaan ekonomi keluarga yang serba
kekurangan dan orang tua saya memberi saya pilihan terhadap beberapa jurusan dari
beberapa universitas yang ada di Nusa Tenggara Timur. Saya pun menjawab menyetujui
dan saya memilih jurusan ilmu hukum pada universitas Widya Mandira (UNIKA). Dan
setelah selesai di unika orang tua saya tetap mensuport saya dibangku
perkuliahan dengan memberi saya pilihan mau melanjutkan S2 atau tetap
melanjutkan pendidikan S1 sesuai keinginan anda dan saya menjawab saya ya belum
siap untuk beranjak kaki ke jenjang yang lebih tinggi tingkatannya seperti S2.
saya mau menambah title S1 saya tapi dan s2 setelah saya mendapat pekerjaan. orang tua
saya tetap dengan tekad pendiriannya dan menjawab baiklah kamu mau mengambil S1
jurusan apalagi !, saya menjawab jurusan
Ekonomi dengan alasan kedua jurusan tersebut menjadi mimpi saya sewaktu masih
kanak-kanak. dimana hukum bagi saya mau menjadi seorang hakim yang betul-betul
menegakkan keadilan bagi semua orang dan jurusan ekonomi menjadi pilihan saya
karena saya tidak boleh melakukan atau mengambil sesuatu yang bukan milik saya,
agar saya dapat bekerja dengan jujur. Di mana hukum dapat dibeli oleh ekonomi
itu yang menjadi alasan saya 2 jurusan itu menjadi penting bagi saya seandainya
hukum saja tanpa ekonomi maka tindakan hukum yang diambil pasti tidak adil dan
seorang ekonom menjalankan usaha bisnisnya tidak mengetahui hukum maka ya akan
dipermainkan dengan hukum dan aturan-aturan sehingga usahanya pun cepat atau
lambat akan bangkrut karena tidak didasarkan hukum maka kedua jurusan tersebut
menjadi target dalam kehidupan saya untuk sementara waktu ini.
Setelah
saya melanjutkan sekolah tinggi ilmu ekonomi saya di pulau Jawa, khususnya Jawa
tenggah. saya merasa puas karena saya dapat mengejar kedua mimpi saya khususnya
di bangku universita Pada 2 jurusan tersebu. dan pada tahun 2009 saya lulus di
jurusan sekolah tinggi ilmu ekonomi di Semarang saya ya kembali berkumpul
dengan kedua orang tua saya di kota karang Nusa Tenggara Timur Indonesia dan kembali
ke Timor-Leste untuk mencari bekal dengan melamar pekerjaan tapi om-om yang
lain dari pihak bapak atau ayah merubah semua perencanaan saya dimana om saya
yang bernama Dr.Leonitu Madeira Martins lic. CSH, MAP menolak keinginan saya
untuk melamar pekerjaan dengan sedikit pengalaman dan pendidikan yang saya
miliki dan om saya mengusulkan kepada kedua orang tua saya untuk dapat
melanjutkan saya kependidikan magister atau S2 dan kedua orang tua saya pun
menyetujui rekomendasi yang disampaikan oleh adik mereka dan saya pun disuruh
untuk mendaftar di bangku magister pada universitas Nusa Cendana undana Kupang
(UNDANA), Nusa tenggara timur dengan mengambil jurusan administrasi publik
konsentrasi komunikasi. Dan saya harus berupaya untuk membatu ortu (orang tua)
saya dalam memenuhi kebutuhan biaya sekolah saya dengan berternak ayam kampung,
bebek, babi pedaging, untuk meringankan beban orang tua, dimana pekerjaan
tersebut masih bertahan sampe saat ini.
Disekolah
S2 tersebut saya berjumpa dengan orang-orang pejabat universitas dari negara
saya baik itu dari universitas UNDIL, UNITAL, UNPAZ dan orang-orang tersebut
meninspirasikan saya dan mereka menjadi motivator bagi diri saya agar saya
dapat belajar terutama beberapa rekan kuliah saya dari universitas da paz (UNPAZ)
yaitu bapak Carno, bapak Abel Tiru, bapak Julio Manuel, bapak tonze Yosep,
bapak flinton, bapak guido yang mana selalu mengarahkan saya dengan berbagai
metode khususnya metode mengajar dan pada tahun 2009 saya diajak oleh
rekan-rekan saya berlibur di negara saya dan dibiayai biaya akomodasi dan
mereka juga mengajak saya berjalan-jalan mengikuti berbagai aktivitas yang
mereka jalani sebagai seorang dosen pada universitas Unpaz dan mereka pun
melibatkan saya pada kegiatan tersebu.t tak kusangka ternyata itu strategi
mereka untuk memperkenalkan universitas da paz kepada saya dan kepada semua
struktur universitas mulai dari Rektor dekan hingga dosen-dosen yang ada di
universitas tersebut. hal itu yang menjadi terinspirasi dan terpangil bagi saya
untuk menjadi seorang pendidik atau pengajar sepeti keadaan saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Husu Ba belun Estudante sira atu resposta ba konfirmasaun ne'ebe mak iha slide powerpoint