Rabu, 20 Mei 2020

MEIUS KA METODU BA HAKEREK BIOGRAFIA MORIS PESOAL (VERSAUN MELAYU)

TUGAS

KARANGAN SILSILA KEHIDUPAN FRABDOSME

SIAPA KAMU ?

Saya bernama Frans Belarmino Dos Santos Menezes dengan bertempat tanggal lahir di Dili, tanggal 7 bulan November 1984. Saya adalah anak kedua dari empat bersaudara, dimana kakak sulung saya perempuan yang bernama nama Abrilaya Maria Dos Santos Menezes(almarhuma), dan biliau pada waktu itu bekerja di universitas Nasional Timor Leste(UNTL) sebagai staff di bagian pengadaan proyek (aprozonamentu) dan adik pertama saya bernama filomena Dos Santos Menezes (almarhumah) meninggal pada waktu ibunda melahirkan atau bersalin, sedangkan adik bungsu dari kami empat (4) bersaudara adalah perempuan yang bernama Maria do carmo los Dos Santos Menezes yang berprofesi sebagai dosen per Time pada salah satu institut pendidikan swasta dan menjalankan amanah perkoperasian simpan/pinjam dengan nama kooperasi kredit ba Grasa saat ini. Kami empat (4) bersaudara dilahirkan dan dibesarkan oleh Ibunda yang bernama nama Izadora da Costa Gracia de jejus dan ayahanda Celestino Dos Santos Menezes, yang mana keduanya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sejak mereka masih remaja.

Dengan bermodal sebagai pegawai negeri sipil pada masa kedudukan pemerintah negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) di negeri matahari terbit ini membuat keduanya bertekad untuk menyekolahkan kami bertiga ke jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, demi menjalankan amanah dari tuhan untuk bertangung jawab terhadap anak-ananya dalam meraih harapan bagi masa depan kami anak-anak di kemudian hari. Semasa kecil saya bersama dengan saudari-saudari ku dibesarkan, dijaga dan disekolahkan pada pendidikan Sekolah Dasar Negeri II Seloi Malere bersamaan di sekolah dasar tersebut, dan di Sekolah Dasar Negeri II Seloi Malere tersebut saya mulai belajar untuk mengetahui dan mengenal baik itu angka-angka maupun huruf abjad dalam merangkai kalimat.

Pada tahu 1991 sampai dengan tahun 1996 itulah, tahu di mana saya berpijak pada pendidikan Sekolah Dasar Negeri II Seloi Malere kecamatan Aileu kota, kabupaten Aileu, hingga tamat. Banyak cerita kenangan masa kecil semasa duduk di bangku sekolah dasar di kabupaten yang dijuluki Rai Mean atau tanah merah yakni kabupaten Aileu yang disingkat dengan :

A         : Aman

I           : Indah

L         : Lestari

E         : Elok

U         : Ulet

 

Dari kota (Rai Mean) tanah merah tersebut saya memulai mengetahui dan mengenal angka dan huruf di mana saya merasakan kebahagiaan dapat berkumpul bersama dengan kedua orang tua dan kedua sanak saudari saya selama 6 tahun menempuh sekolah dasar mulai dari masuk sekolah kelas I hingga kelas VI. Di tahun yang ke-6 tepatnya pada tahun 1996 saya mendengar hasil kelulusan sekolah dasar, dan hal tersebut membuat kedua orang tua saya semangat untuk memotivasi saya kependidikan sekolah lanjutan tingkat pertama atau SLTP di luar provinsi Timor-Timur nama julukan pada masa kedudukan negara Republik Indonesia di Timor-Leste saat itu.

Pada bulan Juli tahun 1996 kedua orang tua dan sanak saudari saya mengantarkan saya keluar dari provinsi termuda Indonesia yakni Timor-Timur ke pulau Jawa Timur dengan menggunakan transportasi laut yaitu kapal dobongsolo, dengan durasi tempuh selama 3 hari 2 malam berlabuh di atas air laut untuk dapat sampai pada provinsi Jawa timur kota Surabaya, dan tetap melanjutkan perjalanan 8 jam untuk mencapai pada tujuan pembelajaran saya yang dikehendaki oleh kedua orang tua ke jenjang pendidikan SMPN 11 (sekolah menengah pertama Negeri 11 Malang  yang beralamat di Piranha Atas dan tempatnya di kecamatan belimbing Malang, Jawa timur.

Di sekolah SMP 11 Piranha Atas tersebut saya menuntut ilmu pada tahun dan pada tahun 1997 setelah genap 1 tahun saya bersekolah di pulau Jawa di mana tahun tersebut menjadi tahu yang menyedihkan bagi seluruh warga masyarakat khususnya bangsa Indonesia dimana Negara tersebut mengalami krisis moneter yang berkepanjangan yang membuat banyak bank swasta, perusahaan baik yang masuk dalam BUMN (Badan Usaha Memiliki Negara) harus mengurangi tenaga kerja dari setiap perusahaan tersebut dengan arti (PHK) Pemutusan Hubungan Kerja. Krisis ekonomi moneter tersebut juga dialami oleh para pelajar dan mahasiswa Timor-Timuryang sedang menuntun ilmu di pulau Jawa dan Bali dan itupun termasuk yang saya rasakan pada saat itu.

Pada tahun 1997 saya sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru saya dan teman pergaulan yang baru pula. Di tahu itu pula saya mengalami suka dan duka yang banyak menitipkan pesan di mana saya harus berupaya sendirian tanpa didampingi oleh kedua orang tua saya yang di mana mereka harus bertanggung jawab terhadap anaknya sendiri dalam memberi nafkah dengan mengirimi uang untuk kebutuhan primer dan sekunder saya. Dimana hal tersebut membuat saya berupaya untuk mendapatkan sesuap nasi dengan berjualan koran dan majalah Gatra di pinggir jalanan dan berkeliling ke pemukiman perumahan elit yang sudah menjadi pelanggan tetap majalah dan surat kabar yang saya ya jual tersebut. dengan demikian saya berjanji kepada diri saya sendiri, bawa saya harus tetap kuat dan tabah menjalani semuanya sendiri tanpa didampingi oleh kedua orang tua saya, dan semuan itu ujian buat saya serta mengajarkan saya untuk lebih berkreatif dan berusaha sekuat tenaga dalam mengejar mimpi saya di bangku pendidikan selanjutnya selama tiga setengah tahun saya bertahan hingga berakhir pada tahun 1999.

Pada tahun 1999 merupakan tahu kebahagiaan buat saya, dimana saya dapat meraih mimpi saya dengan mendengar hasil kelulusan pada bangku SLTP dan berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan saya ke bangku pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas). Namun keadaan berkata lain, di mana gerakan masyarakat Timor-Leste pada umumnya untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga kedua orang tua saya berkeinginan untuk memulangkan saya ke provinsi Timor-Timur pada waktu itu dengan alasan bahwa tanah kelahiran saya dalam keadaan genting. Di mana situasi di provinsi termuda ke 27 NKRI tersebut terjadi banyak tindak kekerasan, aniaya, pembunuhan hingga tindak pemerkosaan semakin tinggi dan membuat banyak warga masyarakat Timor-Timur merasa tidak ada keharmonisan antar sesama warga Timor-Timur maupun warga luar provinsi Timor-Timur. Hal itu membuat kedua orang tua saya menginginkan saya segera pulang ke tanah kelahiran saya yakni Timor-Timur.

Tepatnya pada bulan Agustus tahu 1999 saya mengemas barang-barang saya untuk kembali ke provinsi Timor-Timur dengan menggunakan transportasi laut sebagai fasilitas perlintasan namun keadaan berkata lain sesuai dengan kondisi yang ada dan dialami oleh masyarakat Timor-Timur pada waktu itu. Setelah saya sampai di tanah kelahiran, saya baru tahu jelas betapa tekanan yang dialami oleh warga masyarakat Timor-Timur termasuk keluarga saya sendiri,  di mana semua sistem baik pemerintahan hingga swasta dikuasai dan dikendalikan oleh pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setelah ampai di rumah berkumpul bersama kedua orang tua dan kedua sanak saudari dan saya merasa betapa bahagia riang hati saya di mana tiga setengah tahun saya tidak merasakan berkumpul dengan keluarga.

Namun kebagian tersebut hanya bertahan selama tiga setengah Minggu di mana pada tanggal 30 Agustus 1999 Timor Leste yang pada waktu itu menjadi bagian dari negara republik Indonesia mempunyai satu tujuan dan satu harapan untuk meraih kemerdekaan melalui pemilihan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan didampingi oleh perserikatan bangsa-bangsa dengan menjalankan dua opsi yang ditawarkan oleh pemerintahan Indonesia yang pada waktu itu pemerintahan Indonesia dipimpin oleh presiden BJ Habibie. Kedua opsi tersebut menjadi suatu pengharapan dan pengindentifikasian terhadap masyarakat Timor-Leste yang mau mempertahankan kedudukan negara Republik Indonesia di Timor-Timur dengan sebutan mendukun adanya otonomi luas dan opsi berikutnya adalah menolak bergabung dengan negara Republik Indonesia dengan sebutan ukun Rasik An atau memilih merdeka sendiri dan kedua opsi tersebut dengan kalimat yang ngetren pada waktu itu dengan sebutan pro otonomi dan pro kemerdekaan.

Setelah melalui proses pemilihan terhadap kedua opsi tersebut membuat warga Timor-Timur pada waktu itu menjadi adu domba dari pihak-pihak yang berkepentingan khususnya aparat TNI dengan cara cara atau strategi militer dengan merekrut masyarakat Timor-Timur dengan imbalan upah atau gaji kepada para pengikut pro otonomi yang disebut milisi yang dibekali dengan berbagai perlengkapan perang seperti senjata, amunisi dan lebih sadisnya lagi para milisi atau pengikut pro otonomi tersebut diberi obat pil anjing gila agar mereka tidak menyadari terhadap perbuatan dan tingkah laku mereka untuk membabi-buta saudara-saudaranya sendiri demi sesuap nasi dan kekuasaan diri sendiri sebagai sang penguasa.

hasil dari pemilihan tersebut diumumkan pada tanggal l 4 September oleh PBB ternyata mayoritas masyarakat Timor-Timur memilih untuk merdeka. Hari ini membuat keadaan di provinsi termudah Indonesia tersebut menjadi bumi hangus yang dilakukan oleh para oknum-oknum TNI/POLRI maupun milisi pendukung otonomi di Provinsi ke-27 dari wilayah kesatuan Indonesia. Dan tepatnya Provinsi ke-27 diselimuti oleh awang-awang hitam dan kobaran api dan bara api sehingga membuat warga masyarakat provinsi Timor-Timur bereksodus besar-besaran dengan menggunakan berbagai transportasi baik itu udara laut maupun darat untuk dapat menyelamatkan diri dari tindakan babi buta aparat TNI/POLRI DAN Milisi.

Kebanyakkan masyarakat bereksodus dengan dua tujuan yaitu ke hutan atau ke propinsi Indonesia bagian timur dan hal tersebut buat masyarakat yang tidak mau eksodus  ke wilayah Indonesia harus berjalan ke hutan dengan menempuh ratusan kilo untuk bertedu dan bersembunyi dan sebagiannya warga menggunakan transportasi darat untuk dapat menyeberang ke wilayah Indonesia bagian timur khususnya Nusa Tenggara Timur sebagai tujuan persinggahan sementara. Hal tersebut yang menjadi suatu duka yang mendalam yang saya alami di mana saya harus berpisah dengan kedua orang tua saya serta kedua saudari saya, di mana mereka semua menyeberang dahulu untuk keselamatan diri di kabupaten kota Atambua sementara waktu dan saya sama keluarga besar yang lain harus menyelamatkan diri ke hutan belantara sementara waktu untuk menunggu kedatangan pasukan perdamaian bangsa-bangsa (PBB) di Negara kami.

Namun di satu segi, duka yang saya alami datang bertubi-tubi di mana dimana saya harus berhenti sejenak untuk mengejar mimpi saya melanjutkan pendidikan ke bangku SMA karena tidak ada lagi harapan dan tumpuan yang dapat saya dapat berteduh untuk bisa men-support saya melanjutkan ke pendidikan SMA di tengah tengah gejolak yang datang. Saya dengan nekad untuk melintas ke wilayah Belu indonesia untuk menyusul ikut kedua orang tua saya dan pada waktu itu pemerintahan Indonesia memfasilitasi warga Timor-Timur untuk berkunjung ke wilayah Indonesia dengan membawa surat izin penyeberangan lintas batas.

Saya pun memanfaatkan momen tersebut untuk ketemu dengan keluarga saya dan setelah sampai di sana kedua orang tua saya menayakan pada saya, kamu tinggal sudah untuk dapat melanjutkan pendidikan kamu, dengan kalimat bahwa “Negara sudah dibentuk namun masih dibutuhkan sumberdaya manusia dalam mengurus semua aktifitasnya kenegaraan danmasyarakat mengiginkan orang pintar, gigih, dan jujur” saya pun meniakan, dan betul ingin sekolah dan dapat mengejar mimpi saya pun menyetujui untuk tinggal di Indonesia demi pendidikan buat masa depan saya sendiri.

Sesudah di kota Atambua Nusa Tenggara Timur, saya pun diantar dan didaftarkan di STM Sekolah Teknik Mekanik di menikmati dengan mengambil jurusan teknik pembangunan. dan itu pun hanya bertahan 1 caturwulan dan saya dipindahkan lagi untuk melanjut pendidikan saya di sekolah SMA Surya Atambua itupun hanya di kelas 2 pertenggahan naik ke kelas 3 saya dipindahkan lagi untuk melanjutkan pendidikan di SMA Swasta Bina Karya berhubung kenakalan masa remaja saya membuat saya sekolah harus berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Namun Tuhan berkata lain dengan kenakalan dan kebrutalan saya Tuhan selalu ada untuk mendampingi saya hingga mengarahkan saya lewat menghadiri berbagai KKR-KKR yang dilakukan oleh gereja pollycarpus di kota Atambua hal itu yang menyadari saya untuk dapat berubah semua karakter yang ada pada diri saya, menjadi siswa yang taat dan patuh terhadap perintah dan norma yang berlaku di sekolah dan hal itu membuat saya dapat bertahan dan dapat menyelesaikan pula pendidikan SMA di bangku sekolah pada tahun 2000.

 Pada tahun itu pula kedua orang tua saya tetap men-support saya untuk tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu universitas. Walaupun keadaan ekonomi keluarga yang serba kekurangan dan orang tua saya memberi saya pilihan terhadap beberapa jurusan dari beberapa universitas yang ada di Nusa Tenggara Timur. Saya pun menjawab menyetujui dan saya memilih jurusan ilmu hukum pada universitas Widya Mandira (UNIKA). Dan setelah selesai di unika orang tua saya tetap mensuport saya dibangku perkuliahan dengan memberi saya pilihan mau melanjutkan S2 atau tetap melanjutkan pendidikan S1 sesuai keinginan anda dan saya menjawab saya ya belum siap untuk beranjak kaki ke jenjang yang lebih tinggi tingkatannya seperti S2.

 saya mau menambah title S1 saya tapi dan s2  setelah saya mendapat pekerjaan. orang tua saya tetap dengan tekad pendiriannya dan menjawab baiklah kamu mau mengambil S1 jurusan apalagi !, saya  menjawab jurusan Ekonomi dengan alasan kedua jurusan tersebut menjadi mimpi saya sewaktu masih kanak-kanak. dimana hukum bagi saya mau menjadi seorang hakim yang betul-betul menegakkan keadilan bagi semua orang dan jurusan ekonomi menjadi pilihan saya karena saya tidak boleh melakukan atau mengambil sesuatu yang bukan milik saya, agar saya dapat bekerja dengan jujur. Di mana hukum dapat dibeli oleh ekonomi itu yang menjadi alasan saya 2 jurusan itu menjadi penting bagi saya seandainya hukum saja tanpa ekonomi maka tindakan hukum yang diambil pasti tidak adil dan seorang ekonom menjalankan usaha bisnisnya tidak mengetahui hukum maka ya akan dipermainkan dengan hukum dan aturan-aturan sehingga usahanya pun cepat atau lambat akan bangkrut karena tidak didasarkan hukum maka kedua jurusan tersebut menjadi target dalam kehidupan saya untuk sementara waktu ini.

Setelah saya melanjutkan sekolah tinggi ilmu ekonomi saya di pulau Jawa, khususnya Jawa tenggah. saya merasa puas karena saya dapat mengejar kedua mimpi saya khususnya di bangku universita Pada 2 jurusan tersebu. dan pada tahun 2009 saya lulus di jurusan sekolah tinggi ilmu ekonomi di Semarang saya ya kembali berkumpul dengan kedua orang tua saya di kota karang Nusa Tenggara Timur Indonesia dan kembali ke Timor-Leste untuk mencari bekal dengan melamar pekerjaan tapi om-om yang lain dari pihak bapak atau ayah merubah semua perencanaan saya dimana om saya yang bernama Dr.Leonitu Madeira Martins lic. CSH, MAP menolak keinginan saya untuk melamar pekerjaan dengan sedikit pengalaman dan pendidikan yang saya miliki dan om saya mengusulkan kepada kedua orang tua saya untuk dapat melanjutkan saya kependidikan magister atau S2 dan kedua orang tua saya pun menyetujui rekomendasi yang disampaikan oleh adik mereka dan saya pun disuruh untuk mendaftar di bangku magister pada universitas Nusa Cendana undana Kupang (UNDANA), Nusa tenggara timur dengan mengambil jurusan administrasi publik konsentrasi komunikasi. Dan saya harus berupaya untuk membatu ortu (orang tua) saya dalam memenuhi kebutuhan biaya sekolah saya dengan berternak ayam kampung, bebek, babi pedaging, untuk meringankan beban orang tua, dimana pekerjaan tersebut masih bertahan sampe saat ini.

Disekolah S2 tersebut saya berjumpa dengan orang-orang pejabat universitas dari negara saya baik itu dari universitas UNDIL, UNITAL, UNPAZ dan orang-orang tersebut meninspirasikan saya dan mereka menjadi motivator bagi diri saya agar saya dapat belajar terutama beberapa rekan kuliah saya dari universitas da paz (UNPAZ) yaitu bapak Carno, bapak Abel Tiru, bapak Julio Manuel, bapak tonze Yosep, bapak flinton, bapak guido yang mana selalu mengarahkan saya dengan berbagai metode khususnya metode mengajar dan pada tahun 2009 saya diajak oleh rekan-rekan saya berlibur di negara saya dan dibiayai biaya akomodasi dan mereka juga mengajak saya berjalan-jalan mengikuti berbagai aktivitas yang mereka jalani sebagai seorang dosen pada universitas Unpaz dan mereka pun melibatkan saya pada kegiatan tersebu.t tak kusangka ternyata itu strategi mereka untuk memperkenalkan universitas da paz kepada saya dan kepada  semua struktur universitas mulai dari Rektor dekan hingga dosen-dosen yang ada di universitas tersebut. hal itu yang menjadi terinspirasi dan terpangil bagi saya untuk menjadi seorang pendidik atau pengajar sepeti keadaan saat ini.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Husu Ba belun Estudante sira atu resposta ba konfirmasaun ne'ebe mak iha slide powerpoint